Pages

TAHAPAN BELAJAR GERAK DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES



TUGAS
PEDAGOGI OLAHRAGA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pedagogi Olahraga








oleh :
Wawan Setiawan
2124100248
kelas 3i


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadiarat Tuhan Yang maha Esa atas segala limpah rahmat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyusun sebuah makalah Pedagogi Olahraga. Shalawat serta salam semoga di limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh kesadaran hati akhirnya penulis dapat menyusun  makalah ini tetapi semua berkat motivasi dan bantuan semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung dan atas doa-doa mereka yang selalu menyertai penyusun dalam berbagai tugas dan kegiatan
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penyusun dengan senang hati akan menerima segala masukan dan saran yang bersifat konstruktif untuk lebih mempertajam dan meluaskan pandangan sehingga makalah ini dapat memberi perspektif yang benar dan bermanfaat bagi penulis bagi pembaca umumnya.

                                                                                   Ciamis, 08 Mei 2013


Penyusun


PEMBAHASAN

1.       Tahapan Belajar Gerak (dalam Pendidikan Jasmani)
Ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa untuk dapat mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar pendidikan jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani yang ideal. Tahapan belajar gerak yang dimaksud adalah: tahap kognitif, tahap asosiatif/fiksasi, tahap otomatis.  Untuk lebih jelasnya dapa diuraikan sebagai berikut:

·         Tahap Kognitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaiman cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktekkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.
·         Tahap Asosiatif/Fiksasi
Pada tahap ini siswa mulai mempraktekkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa diharapkan mampu mempraktekkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharap kan telah memiliki keterampilan yang memadai.
·         Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya, siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan.Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.

LATIHAN KEKUATAN

 LATIHAN KEKUATAN

DEFINISI , JENIS –JENIS ,KONSEP, METODE, DAN BENTUK LATIHAN
DEFINIS LATIHAN KEKUATAN
—  Kekuatan adalah Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan /force terhadap suatu tahanan
—  Artinya bahwa untuk melatih mengembangkan kekuatan yaitu dengan latihan tahanan ( resistance excercises) atau dengan latihan beban ekternal
—  Latihan awal kekuatan mengarah pada kekuatan umum  yang mengacu pada kekuatan meksimal

JENIS-JENIS KEKUATAN YANG DIKEMBANGKAN
—  Kekuatan umum yaitu mengacu pada kekuatan seluruh sistim otot
—  Kekuatan spesifik kekuatn yang mengacu pada kekuatan otot yang mengacu padakekuatan otot yang khususdiperlukan oleh CABOR
—  Kekuatn meksimal yaitu kemempuan mengankat suatu beban yang hanya mampu diangkat oleh satu kali angkatan
—  Kekuatn relatif ialah rasio antara kekuatan absolut dengan berat badan . KR=KA/BB

METODE LATIHAN KEKUATAN
—  Metode hypertropy
Tujuanya adalah meningkatkan kekuatan maksimal dengan menambah diameter otot.
—   ciri-ciri:
  a. beban latihan rendah sampai ringan
  b. repetisi banyak
  c. kontraksi otot lambat
—  Metode Neural
 Tujuanya meningkatkan kekuatan maksimal otot  -   meningkatkan/ memperbaiki kerjasama intra muskular
—   ciri-ciri:
 a. beban latihan lebih besar dari 75%
b.repetisi sedikit
c. kontraksi otot cepat 

KONSEP LATIHAN KEKUATAN
—  Melakukan gerakan menarik,mendorong dan mengangkat beban yang bersifat ekternal dengan jumlah repetisi dan set tertentu

BENTUK LATIHAN KEKUATAN
—  Latihan tahanan
—   Dilihat dari tipe dan bentuk kontraksi otot maka kontaksi otot digolongkan ke dalam 3 tipe:
1.Kontraksi isometrik ( static contraction) yaitu kontraksi otot yang ditegangkan tidak mengalami perubahan panjang pendek otot  sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata. Kontraksi statisnya dipertahan selama 6-10 dtik
2. Kontraksi isotonik ( dynamic contraction) yaitu kontraksi otot yang diikuti oleh perubahan memanjang dan memendeknya otot saat berkontraksi atau bekerja
Kontraksi isometrik dapat dibagi dalam 2 macam kontraksi:
— kontraksi konsentrik yaitu kontraksi saat gerakan memendek otot
—  kontraksi eksentrik  yaitu kontraksi otot saat gerakan memanjang
3. kontraksi isokinetik
yaitu kontraksi kombinasi dari gerakan otot saat kontraksi isometrik dan isotonik

METODE LATIHAN KEKUATAN
—  Latihan Beban ( weight training)
bentuk latihan ini merupakan beban ekternal berupa barble atau pada mesin universal
—  Metode orthodox conservatif
latihan kekuatan dengan intensitas 40-60% dengan          repetisi 8-12 repetisi
—  Metode Neural Activation
latihan dengan intensitas kurang dari 75% kontraksi cepat

—  Metode TCCS (TIME CONTRAL SPEED STRENGHT METHOD)
Suatu metode latihan kekuatan untuk mendapatkan kekuatan yang cepat,dengan beban latihan 30-80% tetapi dengan berapa sub set. Maksimal terdiri dari 5 set,rest 3-5”

LATIHAN BEBAN ( WEIHGT TRAINING)
Sistim dalam latihan beban
1. sistem set
Melakukan beberapa repetisi dari suatu bentuk latihan yang disusul dengan istirahat kemudian mengulangi kembali repetisi semula.untuk cabor yang bersifat permainan 8-12 dan yang memiliki kekuatan dominan 6-10 RM
2. sitem superset
 setiap bentuk latihan disusul dengan bentuk latihan otot antagonisnya. Bagi yang sudah berpengalaman
3. sitem split routines
dalam suatu hari melatih otot bagian tertentu kemudian
Hari berikutnya melatih otot bagian yang belum atau upper body,medium body ,under/low body
4. sistim multi poundage
atlet mulai dengan beberapa repetisi dengan beban yang berat, kemudian setelah tampak tanda-tanda lelah atau tidak kuat maka kawanya mengurangi  dengan mencopot beban tersebut. Dan seterusnya.sampai 20 rm
5. Sitem Burn Out
ü  beban pertama-tama hanya mampudiangkat I RM
ü  kemudian beban dikuragi hanya bisa mengankat 2 kali
ü  selanjutnya beban dikurangi kembali sehingga 3Rm
ü  kemudian seterusnya sampai atlit tidak mampu mengankat
6. Sistem Piramid
ü  beban untuk set satu ringan kemudian untuk set-set selanjutnya makin lama makin berat.jumlah set dibatasi sampai 5 set rest 3-5 mnt
contoh :
ü  set 1 beban dengan 9rm misal 20 kg
ü  set 2 beban dengan 7 rm misal 24 kg
ü  set 3 beban  dengan 5 rm misal 27 kg
ü  set 4 beban dengan 3 rm misal 30 kg
ü  set 5 beban dengan 1 rm  misal  33kg
ü  atau dengan variasi 20-8-6-4-2 RM

Sumber: http://cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com  










LATIHAN KOORDINASI

A. Koordinasi

Koordinasi. Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.
Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis. Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;
a. Ketangkasan mental.
Ketangkasan mental ini sangat berguna/penting bagi para pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini bukan hanya suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari cedera tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting dalam mengatur/mengorganisir praktek dan latihan secara efektif sehingga segala sesuatu berjalan dengan benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik ssaja tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki kerangka pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama pentingnya dengan latihan kondisioning fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan menciptakan prestasi terbaik. Ketangkasan mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang sama seperti pada skill fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang lain. Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental mereka.
b. Motivasi.
Motivasi merupakan suatu kecendrungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku tersebut dapat dicapai. Pada dasarnya motivassi adalah betapa besarnya keinginan seorang individu untuk meraih/mencapai suatu sasaran. Setiap individu memiliki tujuan/sasaran yang berbeda-beda dalam keterlibatannya dalam dunia atletik. Tujuan/sasaran itu misalnya; mencari kegembiraan, memahirkan skill baru, berlomba dan menang, menambah teman, serta masih banyak lagi tujuan/sasaran lain yang selalu berbeda pada setiap individunya. Dikatakan Thomson Peter J.L. (1993: 135) tekanan dari luar dari pelatih dan orang tua adalah tidak mungkin meningkatkan motivasi pada atlet dalam jangka jauh dan mungkin kenyataannya berkurang. Motivasi sendiri dan pengisiannya adalah yang membuat suatu sukses yang sebenarnya bagi atlet, dan bukan ambisi yang dipaksakan oleh orang lain. Pelatih membantu atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana cara meraihnya.
c. Kontrol emosi.
Kontrol emosi adalah suatu kemamapuan seorang atlet dalam mengendalikan perasaan dalam menghadapi uatu ituasi tertentu. Menurut Thomson Peter J.L. (1993;136) kegelisaan berarti berapa banyak seorang individu tergetar atau siap dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Rasa gelisa selalu timbul dalam setiap situasi, meskipun bila tingkatannya rendah kita tidak dapat memperhatikannya. Banyak rasa gelisa ini ddigunakan secara tidak benar yang berarti hanya sifat-sifat individu yang menunjukkan tingkat yang sangat tinggi akan kegelisaan. Gejala-gejala kegelisaan dapat terlihat dalam dua bentuk yaitu: Khawatir dan getaran fisiologis. Rasa khawatir mengacu kepada pikiran atau kesan tentang apa yang mungkin terjadi dalam suatu event yang akan datang, sedangkan getaran fisiologis adalah bagian dari persiapan (alami dalam) badan untuk suatu perlombaan. Contoh dari getaran fisiologis termasuk meningkatnya denyut jantung, keluar peluh/keringat dan rasa ingin buang hajat (besar/kecil) pergi kekamar kecil.
Penguasaan teknik sprint adalah sangat penting untuk mencapai prestasi maksimal. Menurut Djoko P. Irianto (2002), dalam perlombaan teknik memiliki peran antara lain: (1) Sebagai cara efesien dalam mencapai prestasi, (2) Dapat mencegah atu mengurangi terjadinya cedera, (3) sebagai modal untuk melakukan taktik, (4) meningkatkan kepercayaan diri. Sukadiyanto (2005) mengatakan, teknik yang benar dari awal selain akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu bekerja lebih lama dan berhasil baik juga juga merupakan landasan dasar menuju prestasi yang lebih tinggi. Dengan teknik dasar yang tidak benar akan mempercepat proses stagnasi prestasi, sehingga pada waktu tertentu prestasi akan stagnasi (mentok), padahal semestinya dapat meraih prestasi yang lebih tinggi.
Menurut Djoko P. Irianto (2002; 80) penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;
a. Kualitas fisik yang relevan
b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding
c. Metode latihan yang tepat
d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.
Menurut Josef Nossek (1982), terdapat tiga tahapan dalam proses belajar teknik:
a. Pengembangan koordinasi kasar. Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat dikarakteristikkan sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan terbatas yang berkenaan dengan kualitas gerakan-gerakan yang diperlukan, seperti:
1. Pengaruh kekuatan yang tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi otot yang rendah) dengan konsekuensi kelelahan yang cepat.
2. Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena kurangnya koordinasi.
3. Gerakan-gerakan belum cukup tepat.
4. kekurangan keharmonisan dan ritme gerakan-gerakan yang diamati.
b. Pengembangan koordinasi halus. Bentuk gerakan-gerakan halus dicapai melalui pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan kualitas gerakan-gerakan. Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang kompetitif. Bagian-bagian gerakan tungggal untuk teknik-teknik yang lebih kompleks dikembangkan secara terpisah dan dikombinasikan bersama. Aspek-aspek dalam tahap ini bercirikan:
1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan.
2. gerakan-gerakan distabilkan.
3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi.
4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak lagi.
5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis.
6. Gerakan-gerakan tersebut tepat.
Namun demikian dalam tahap belajar ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan secara otomatis. Atlet tersebut masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang berbeda dari gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya dimungkinkan sebagian.
c. Tahap stabilisasi dan otomatisasi.
Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.
Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan pondasi bagi olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika olahragawan memiliki kualitas fisik yang baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai jika atlet memiliki kualitas fisik yang baik.

Sumber: http://cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com/