PSIKOLOGI OLAHRAGA BULUTANGKIS
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.
Aspek-aspek Psikologis yang berperan dalam Olahraga
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1. Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya.
Teknik Dasar Bulutangkis
Perkembangan olahraga Bulutangkis di negara kita cukup menggembirakan dengan banyaknya prestasi yang diperoleh atlet Bulutangkis bark perorangan maupun secara beregu. Hal ini terbukti dengan diperolehnya piala Thomas Cup oleh nomor beregu putra, piala Uber Cup oleh nomor beregu putri, dan piala Sudirman oleh beregu campuran. Demikian pula pada nomor perorangan, alet Bulutangkis Indonesia telah beberapa kali memperoleh kejuaraan All England dan dikejuaraan-kejuaraan lainnya yang diikuti oleh seluruh dunia yang diakui Organisasi Bulutangkis Dunia (IBF).
Apabila bercita-cita ingin menjadi pemain bulutangkis elite atau berprestasi, maka harus menguasai bermacam-macam dasar bermain bulutangakis dengan benar. Oleh karena itu, hanya dengan modal berlatih tekun, disiplin, terarah dibawah bimbingan pelatih yang berkualifikasi baik, dapat menguasai berbagai teknik dasar bermain bulutangkis secara benar pula.
Namun, agar bisa bermain bulutangkis, seorang pemain harus bisa memukul kok, baik dari atas maupun dari bawah. Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob, dropshot, smes, netting, underhand, dan drive. Kesemua jenis pukulan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan grip dan footwork yang benar. Buku ini mengajarkan dasar-dasar petunjuk praktis jenis pukulan di atas.
Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan seseorang.
Salah satu teknik dasar bulutangkis yang sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah pegangan raket. Menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik pula. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis.
Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang golok).
1) Pengetahuan umum memilih raket, senar dan tarikan senar yang sesuai perlu bagi pemain. Yang mana yang paling cocok dan enak dalam melakukan pukulan. Di antara sekian banyak raket yang dimiliki, biasanya ada satu atau dua raket yang paling cocok dan enak dipakai.
2) Menjadi hukum dasar dalam permainan Bulutangkis bahwa posisi badan harus berada dibelakang bola, dan bola dipukul pada titik kulminasi setinggi mungkin.
3) Betapa baiknya pukulan tajam atau pukulan pendek, tidak akan merupakan faktor kesulitan yangtinggi kalau diketahui lebihdahulu arah pukulan tersebut.
4) Fungsi pergelangan tangan adalah sebagai pusat semua gerakan pukulan, arah dan kekuatan pukulan, gerak tipu maupun di dalam merahasiakan awal gerak pukulan.
5) Karakteristik jalannya bola tidak sama untuk semua merk. Misalnya bola merk A jika dismes jalanya bola lurus dan cepat, tetapi merk lain jika dismes jalannya bola agak melengkung karena susunan bulunya menahan udara lebih banyak, ada bola yang dapat dipelintir di atas net dan ada pula yang sulit.
Dalam permainan Bulutangkis telah terjadi revolusi dari tipe permainan lama menjadi tipe permainan moden. Perubahan ini dipengruhi oleh, “kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan faktor kecepatan dan akurasi” (Arisanto, dkk. 1997:3). Adapun perbedaan antara kedua tipe permainan tersebut, yatm sebagaimana dijelaskan oleh Ansanto, dkk (1997:3) berikut ini.
“Tipe lama lebih menekankan pada faktor keindahan dan kekuatan, sedangkan tipe permainan moden mengutamakan bagaimana dapat menang dalam waktu singkat dampak ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa, dan tipe atau karakteristik permainan Bulutangkis sebagai konsekuensinya, hal ini berpengruh terhadap padangan orang tentang aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya secara maksimal".
Karakteristik permainan Bulutangkis moden dibagi atas beberapa aspek, di antaranya:
1. Aspek teknik
Aspek ini memegang peranan yang sangat penting, dan karena itu setiap permainan Bulutangkis haruslah menguasainya dengan benar. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Aristanto, dkk(1996:3) bahwa, "Seorang pemain perlu menguasai macam-macam tipe pukulan yang mengandung faktor kesulitan yang tinggi sehingga lawan akan menemuai kesulitan dalam pengmbilan bolanya. Di samping menguasai teknik pukulan secara efesien dan otomatis ,maka akurasi di tunjang oleh latihan ulangan yang banyak dari suatu jenis pukulan tertentu".
2. Aspek fisik
Permainan cepat yang dikembangkan dalam permainan Bulutangkis moden menuntut permainan dapat bergerak cepat ke arah bola sebelum jatuh di lapangan sendiri. Mengingat luasnya daerah yang harus dikuasai dibandingkan jangkauan tangan dengan raket maka terpaksa kita berusaha melompat, melangkah dengan gesit kian kemari untuk mencapai posisi terbaik dalam melakukan pukulan balik yang menyulitkan. Menurut Arisanto, dkk (1997:3) bahwa, "Dalam usaha mengumpan balik pukulan balik yang efisien dan otomatis yang sulit dihindarkan lawan, yaitu menuntut adanya kemampuan fisik yang prima dengan segenap unsur yang mendukung, seperti kecepatan reaksi, kekuatan otot, kelincahan, kelenturan gerak daya tahan tubuh, tenaga eksplasif, koordinasi gerakan, akurasi, antisipasi, keseimbangan dan sebagainya.
3. Aspek teknik dan Strategi
Dijelaskan Aristanto, dkk (1997:3) bahwa:
Setiap pemain harus berusaha mengerahkan segala macam tipu daya sehingga pukulannya sukar diterka oleh lawan kemana bola akan ditempatkan. Membuat segala macam siasat sehingga lawan akan terperangkap dan masuk ke cara bermain yang justru dikehendaki dan menguntungkan karena mudah dimatikan. Betapapun tingginya aspek teknik dan kemampuan fisik, tidak akan menolong bilamana tidak dilengkapi dengan taktik yang jitu dan strategi yang baik yang dapat memperdaya lawan.
4. Aspek psikologis
Jiwa manusia merupakan sumber gerak fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan teknik yang terbaik. Untuk mengalahkan lawan harus punya tekad yang kuat dan motivasi yang kuat untuk memenangkan pertandingan, memiliki kecerdasan, keberanian bertanding, kemampuan mengatasi tekanan berat yang datang dari lawan, penonton, maupun tekanan yang datang dari tubuh dan din sendiri untuk itu menurut Arisanto, dkk (1997:4), "Seorang pemain Bulutangkis harus mampu menekan dan mengendalikan emosi, rasa takut kalah dan kelelahan yang ditimbulkan oleh pengaruh fisik yang bekerja secara maksimal". Memperjelas uraian di atas, Arisanto (1997:4) menguraikan lebih rinci aspek-aspek yang berperan dalam pembinaan prestasi Bulutangkis yang divisualisasikan pada gambar sebagai berikut.
Melengkapi kegiatan sehari-hari, baik dalam proses latihan maupun dalam pertandingan, keempat aspek pokok tersebut tidak dapat berdiri sendiri. hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Arisanto, dkk (1997:5), bahwa “Antara keempat aspek tersebut bagian yang saling berhubungan pada saat latihan atau pertandingan yang menghasilkan prestasi kerja”.
Dalam kegiatan sehari-hari melihat bahwa aspek psikis yang juga disebut aspek mental acap kali sangat menentukan. Seorang pemain yang daya tahan mentalnya lemah sulit untuk melampaui ambang rangsangan dimana dalam keadaan seperti ini terjadi berbagai tekanan dari dalam dan timbul rasa sakit pada bagian otot tertentu, seperti otot jantung, otot pernapasan sekat rongga perut, otot dubur (rasa ingin buang air besar). Menurut Arisandi (1997:5), "Semua tekanan im harus dapat diatasi dan diterima dengan sadar tanpa adanya keluhan yang berlebihan. Tanpa adanya kemampuan untuk melampuai titik ktitis ini, maka prinsip peningkatan beban latihan (pragressing) tidak dapat dilanjutkan, dan hal ini berarti bahwa latihan tidak membawa kemajuan yang berarti".
Berdasarkan uraian tersebut seorang pemain diharapkan dapat memahami aspek-aspek psikologis dalam permainan bulutangkis.
terimaksih mas infonya....salm kenal
BalasHapus