TUGAS MAKALAH
TEKNIK DASAR DALAM CABANG OLAHRAGA JUDO
Makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas
Mata Kuliah Judo
Dosen : Ammy Rachmawati SP.d
oleh:
Wawan Setiawan
2124100248
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Judo adalah seni
bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar
dari Jepang. Judo
dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujutsu
yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun
senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro pada 1882. Olahragaini menjadi model dari seni bela
diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu)
tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang merupakan
sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang olahraga
resmi Olimpiade.
BAB II
ISI
2.1 Sejarah
Sebelum Judo
Pegulat sumo zaman dahulu kala menjatuhkan lawannya tanpa senjata. Hal ini
menginspirasikan teknik-teknik bela diri jujutsu. Sumo pada awalnya hanya
dinikmati kaum aristokrat sebagai ritual atau upacara keagamaan pada zaman Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada perkembangannya, Jepang
memasuki masa-masa perang di mana kaum aristokrat digeser kedudukannya oleh
kaum militer. Demikian pula olahraga yang sebelumnya hanya dijadikan hiburan,
oleh kaum militer dijadikan untuk latihan para tentara. Pada masa inilah teknik
jujutsu dikembangkan di medan pertempuran. Para prajurit bertempur tanpa
senjata atau dengan senjata pendek. Teknik menjatuhkan lawan atau melumpuhkan
lawan inilah yang dikenal dengan nama jujutsu.
Pada zaman Edo (abad ke-17 hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang relatif aman,
jujutsu dikembangkan menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh bagi masyarakat
kelas ksatria. Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai muncul, antara lain Takenouchi,
Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito, dan Tenjinshin'yo.
Awal mula Judo
Jigoro Kano menambahkan gayanya
sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo
dan Kito). Pada tahun 1882 ia mendirikan sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini didirikan di
kuil Eisho ji, dengan jumlah murid sembilan orang.
Tujuan utama jujutsu adalah
penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano mengadaptasi tujuan ini, tapi
lebih mengutamakan sistem pengajaran dan pembelajaran. Ia mengembangkan tiga
target spesifik untuk judo: latihan fisik, pengembangan mental / roh, dan
kompetisi di pertandingan-pertandingan.
Perbedaan Judo dan Jujutsu
Terjemahan harafiah dari kata
'judo' adalah 'cara yang halus'. 'Cara' atau 'jalan' yang dimaksud disini
memiliki arti konotasi secara etika dan filosofis. Kano mengungkapkan konsep
filosofinya dengan dua frasa, "Seiryoku Zen'yo" (penggunaan
energi secara efisien) dan "Jita Kyoei" (keuntungan bagi diri
sendiri dan orang lain). Meskipun disebut halus, namun sebenarnya judo
merupakan kombinasi dari teknik-teknik keras dan lembut, maka dari itu judo
dapat pula diartikan sebagai 'cara yang lentur'.
Jujutsu, pada sisi yang lain,
memiliki terjemahan harafiah 'kemampuan yang halus'. Latihan jujutsu dipusatkan
pada cara-cara (Kata) tertentu dan formal, sedangkan judo menekankan pada
latihan bebas teknik tertentu dalam perkelahian bebas (randori). Hal ini membuat
pelatihan judo berjalan lebih dinamis.
Para kontestan jujutsu
menggunakan seragam yang relatif berat (hakama). Para praktisi awal judo
menggunakan semacam celana pendek, namun tidak lama kemudian mereka lebih
memilih menggunakan busana Barat yang dinilai lebih memiliki keunggulan fungsi
dan mengijinkan pergerakan yang lebih bebas. Seragam modern judo (judogi)
dikembangkan pada tahun 1907.
Teknik-teknik jujutsu, selain
teknik dasar seperti melempar dan menahan, menggunakan pukulan, tendangan,
bahkan menggunakan senjata pendek. Pada sisi lain, judo menghindari tendangan
dan pukulan-pukulan yang berbahaya, dan lebih dipusatkan pada teknik membanting
yang terorganisir dan teknik bertahan.
Penggunaan akhiran -do dan -jutsu
Banyak cabang beladiri Jepang
yang mempunyai awalan yang sama namun memiliki dua akhiran '-do' dan '-jutsu'. Bujutsu dan budo serta Kenjutsu dan kendo adalah beberapa contohnya. Perbedaan dasar dari kedua akhiran ini adalah
'-do' berarti 'jalan' dan '-jutsu' yang artinya 'jurus' atau 'ilmu'. Selain itu
dalam bela diri berakhiran '-do' biasanya lebih banyak peraturan yang tidak
memungkinkan seseorang untuk terluka akibat serangan yang fatal, namun tidak
demikian halnya dengan bela diri yang berakhiran dengan kata '-jutsu', misalnya
di dalam kendo, hanya bagian tangan, perut, kaki, dan bagian bawah dagu yang
boleh diserang, sedangkan kenjutsu membolehkan serangan ke semua bagian tubuh.
Secara umum, budo ('bu-' artinya
prajurit) adalah pengembangan dari bujutsu yang telah disesuaikan dengan zaman
sekarang (untuk olahraga, bukan berkelahi). Beberapa contoh bujutsu yang
dikembangkan menjadi budo:
- Jujutsu -> Judo
- Kenjutsu -> Kendo
- Aiki-Jujutsu -> Aikido
- Kempo jutsu -> Kempo Do
- Karate jutsu -> Karate Do
- Battoujutsu/Iaijutsu -> Battoudo/Iaido
2.2 Judo sebagai
cabang olahraga
Judoka perempuan
Kaum perempuan pertama kali
diterima sebagai judoka pada tahun 1893, walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam
struktur masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya
berlangsung sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari
pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan
perempuan diperkenalkan keluar Jepang. Persatuan Judo Eropa dibentuk pada tahun
1948, diikuti dengan pembentukan Federasi
Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu cabang olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade
Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang. Judoka perempuan pertama kali berlaga di
Olimpiade pada Olimpiade Barcelona 1982 di Barcelona, Spanyol.
Tingkatan Judo dan warna ikat
pinggang
Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha)
seorang judoka mulai menggunakan ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu
kelima. Dari sana, seorang judoka naik tingkat menjadi kyu keempat,
ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama. Setelah itu sistem penomoran
dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan seterusnya
hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di judo.
Meskipun demikian, sang pendiri, Kano Jigoro, mengatakan bahwa tingkatan judo
tidak dibatasi hingga dan kesepuluh, dan hingga saat ini karena hanya
ada 15 orang yang pernah sampai ke tingkat dan kesepuluh, maka tidak ada
yang pernah melampaui tingkat tersebut.
Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu
ataupun dan. Pemula, kyu kelima dan keempat menggunakan warna
putih; kyu ketiga, kedua, dan pertama menggunakan warna cokelat; warna
hitam dipakai oleh judoka yang sudah mencapai tahapan dan, mulai dari shodan,
atau dan pertama, hingga dan kelima. Judoka dengan tingkatan dan
keenam hingga dan kesembilan menggunakan ikat pinggang kotak-kotak
bewarna merah dan putih, walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam.
Tingkatan teratas, dan kesepuluh, menggunakan ikat-pinggang merah-putih
atau merah. Judoka perempuan yang telah mencapai tahap dan keatas
memiliki garis putih yang memanjang di bagian tengah ikat pinggang hitam mereka.
Lantai Judo
Pertandingan judo diselenggarakan
di atas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras,
kebanyakan dojo judo sekarang menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk
menahan benturan akibat bantingan.
Di awal pertandingan, kedua
judoka berdiri di tengah-tengah tepat di belakang garis sejajar dengan diawasi
oleh juri. Sebelum dimulai, kedua judoka tersebut menunduk memberi hormat satu
sama lain dari belakang garis. Di sudut atas dan bawah belah ketupat duduk dua
orang hakim, dan di belakang masing-masing judoka, di luar arena yang dibatasi
matras, duduk judoka-judoka dari regu yang sama, dan duduk pula seorang
pencatat waktu dan seorang pencatat nilai.
Pertandingan diselenggarakan di
dalam arena di dalam matras yang dibatasi oleh (dan termasuk didalamnya) garis
merah (jonai). Luas arena tersebut adalah 9,1 meter persegi dan terdiri
dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang dipakai di arena
diluar garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah dan tidak
dihitung.
Seragam Judo
Seragam (gi) longgar yang
dikenakan seorang judoka (judogi) harus sesuai ukurannya.
Jaket
Bagian bawah jaket menutupi
pantat ketika ikat pinggang dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan
tangan selisih 5-8 cm. Lengan baju panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga
panjang lengan. Karena jaket ini dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat
dibanting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal dari seragam karate (karategi) atau bela diri yang lain
Ikat pinggang
Ikat pinggang harus cukup panjang
sehingga menyisakan 20-30 cm menjuntai pada masing-masing sisi.
Celana
Celana yang dipakai sedikit
longgar. Antara ujung celana dengan pergelangan kaki selisih 5-8 cm. Celana
panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang kaki.
Mengenakan seragam
Celana dikenakan dan tali celana
dikencangkan. Jaket kemudian dikenakan dengan sisi kiri di atas sisi kanan.
Kenakan ikat pinggang dengan cara meletakkan tengah-tengah sabuk di depan
perut, kemudian kedua ujung sabuk diputar melingkar di belakang pinggang
kembali ke depan; pegang kedua ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung
berakhir secara horisontal. Talikan dengan kencang sehingga tidak lepas pada
saat pertandingan.
2.3 Peraturan pertandingan
Pertandingan judo diadakan antara
perorangan dan juga beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan menjadi 8
kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain membagi pertandingan
berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain. Ada juga yang tidak
mengenal pembagian apapun.
Satu pertandingan judo
berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan judoka pertama
yang meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah
waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain
dengan nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri.
Judo, sebagaimana olahraga lain
dari Jepang, diselenggarakan dengan penuh tata krama. Kedua judoka membungkuk
memberi hormat satu sama lain pada awal dan akhir pertandingan.
Awal pertandingan
Judoka menghadap satu sama lain,
meluruskan telapak kaki mereka di belakang garis masing-masing di tengah-tengah
arena dan berdiri tegak lurus. Lalu mereka saling membungkuk pada saat yang
sama. Kemudian mereka maju satu langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri
dengan posisi kuda-kuda alami (shizen hon tai). Sang juri atau wasit
lalu berkata "Mulai" (Hajime) dan pertandingan pun dimulai.
Akhir pertandingan
Kedua judoka kembali dalam posisi
kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain satu langkah di depan garis mereka
masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil pertandingan, dan kedua
kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka
lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.
2.4 Sistem penilaian
Satu angka (ippon) dapat diperoleh dengan jalan:
- Bantingan (nage waza): Jika judoka dapat mengungguli teknik lawan dengan membantingnya dengan tenaga dan kecepatan dengan punggung membentur lantai terlebih dahulu.
- Kuncian (katame waza): Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga ia mengucapkan kata "Aku menyerah!" (maitta), atau menepuk lantai dua kali dengan tangan atau kaki, pingsan, atau jika kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30 detik (osae waza) dan diumumkan bahwa pertandingan berakhir (osae komi)
Setengah angka (waza ari) dapat diperoleh dengan cara:
- Bantingan: Jika teknik judoka cukup bagus namun tidak sampai layak untuk menerima angka penuh.
- Kuncian: Jika judoka berhasil mengunci lawannya selama paling tidak 25 detik.
Dua waza ari berarti satu
angka, namun setengah angka saja tidak cukup untuk menentukan seorang pemenang,
maka oleh para perancang pertandingan dibuatlah sistem angka tambahan.
Tambahan (yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun
tidak akan mengungguli satu 'Setengah-angka', namun dapat menjadi penentu jika
masing masing judoka memperoleh nilai yang sama (1W1Y0K - 1 Waza dan 1 Yuko
menang melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9 Koka). Angka tambahan ini diperoleh jika
teknik yang diperagakan tidak cukup bagus untuk memperoleh nilai setengah (yuko)
atau tidak cukup bagus untuk memperoleh yuko (koka). Tidak jarang
suatu pertandingan ditentukan dengan banyaknya yuko dan koka yang
diperoleh (karena satu angka otomatis menang dan dua setengah-angka juga
otomatis menang)
Jika jumlah nilai yang diperoleh
kedua judoka sama, maka kadang-kadang suatu pertandingan menggunakan sistem
pemungutan suara antara kedua hakim sudut dan juri (dengan total tiga suara).
2.5 Teknik terlarang
Teknik-teknik atau waza
yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik terlarang berjumlah
31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi, tergantung
seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran,
pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka kembali ke garis
masing-masing.
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk
pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete
chui jika melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai
berkebalikan dengan satu koka. Beberapa tindakan yang akan mendapat
peringatan:
- Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30 detik
- Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
- Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
- Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
- Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
- Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
- Menarik rambut lawan
- Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik dalam posisi berdiri
Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk
pelanggaran yang lebih berat dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki
efek negatif sebesar yuko Beberapa contohnya sebagai berikut:
- Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
- Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
- Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat
dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan
dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan
dikenainya sanksi yang sama. Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
- Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
- Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya kembali
- Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
Pelanggaran serius (hansoku
make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi
karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan baik
lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat
dikenai sanksi ini.
Posisi tubuh dalam judo
Posisi tubuh yang benar merupakan bagian yang penting
di dalam judo.
2.6 Posisi duduk
Duduk bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri
ditarik ke belakang, lalu lutut kiri diletakkan ke lantai di tempat di mana
jari kaki kiri tadinya berada. Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan, dan
kedua kaki pada saat ini harus bersangga pada jari kaki dan lutut. Kemudian
luruskan jari kaki sejajar dengan lantai dan pantat diletakkan di atas pangkal
kaki. Letakkan kedua tangan di atas paha masing-masing sisi. Untuk berdiri,
lakukan prosedur yang sama dengan cara terbalik.
Memberi hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan
ke depan sampai kedua telapak tangan menyentuh lantai dengan jari tangan
menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian
kembali ke posisi bersila.
2.7 Posisi berdiri
Memberi hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal
kaki didekatkan, bungkukkan badan ke depan sekitar 30 derajat dengan telapak
tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian
kembali ke posisi berdiri.
Posisi alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar 30 cm dalam
posisi natural dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua kaki.
Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami judo.
Posisi bertahan (jigo tai) Dari posisi alami, kaki dibuka
lebih lebar, lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
Melangkah (suri ashi) Cara berjalan di dalam judo
dengan cara telapak kaki menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan. Pastikan
langkahnya sama rata dan pusat gravitasi tetap di posisi yang sama agar dapat
bergerak lincah ke segala arah.
- Kanan-kiri (ayumi ashi): Seperti berjalan biasa, telapak kaki melewati satu sama lain ketika berjalan
- Kanan-kanan (tsugi ashi): Setelah kaki pertama maju, kaki kedua yang maju tidak melebihi posisi kaki pertama
2.8 Posisi jatuh dan
berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan
untuk melindungi diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan
mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh lawan.
Jatuh ke belakang (ushiro
ukemi) Kaki disatukan dan tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras
dengan tangan lurus di samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk
menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke
tubuh.
Jatuh ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri, jatuhkan
diri ke belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua tangan
di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan kepala tetap
dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan
telapak tangan kanan (atau kiri).
Jatuh ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke depan dengan
kedua telapak tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh tertelungkup dengan
ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut dikencangkan, dan tahan
tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki (lutut diangkat).
Berguling ke depan (mae mawari
ukemi) Berguna pada saat dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan
dimajukan telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian
dilemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan
bersamaan dengan kedua kaki menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki
dan tangan hendaknya menyentuh lantai secara bersamaan.
2.9 Teknik Judo
Teknik bantingan judo (nage
waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik
menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi
teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan
teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi
teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik
menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza)
Teknik kuncian judo (katame
waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae waza atau osaekomi
waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu
waza)
Teknik menyerang (atemi waza)
dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan senjata pisau atau pedang kadang
digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam
pertandingan resmi hal tersebut dilarang (demikian pula pada saat latihan bebas
(randori)
Teknik bantingan (teknik berdiri)
- Sapuan lutut - hiza guruma
- Jegal dari belakang - o soto gari
- Jegal dari depan - 'ko uchi gari
- Sapuan samping - deashi barai
- Bantingan paha - uchi mata
- Bantingan pangkal paha memutar - o goshi
- Bantingan pangkal paha angkat - surikomi goshi
- Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi
- Lemparan bahu - seoi nage
- Menjatuhkan tubuh - tai otoshi
- Lemparan guling belakang - tomoe nage
Teknik kuncian (teknik berbaring)
Teknik kuncian (katame waza)
disebut juga teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini dilakukan
ketika seorang judoka atau lawannya berbaring menghadap ke atas atau ke bawah.
- Kuncian pinggang - kesa gatame
- Kuncian bahu - kata gatame
- Kuncian empat sisi - yoko shiho gatame
- Kuncian empat sisi atas - kami shiho gatame
- Kuncian belakang - kataha jime
- Kuncian kalung - okuri eri jime
- Kuncian tangan - ude garami
- Kuncian tangan silang - ude hishigi juji gatame
Pertolongan pertama judo
Seringkali di dalam pertandingan
judo, seorang judoka mengalami asphyxia, di mana judoka mengalami kesulitan bernapas karena
kekurangan oksigen. Untuk itu, judo telah mengembangkan suatu
pertolongan pertama untuk mengembalikan kesadaran mereka yang terkena asphyxia
atau aspiksia. Hal ini dapat terjadi jika kuncian yang dilakukan terlalu kuat
sehingga lawan berhenti bernapas sesaat. Orang tersebut segera memerlukan
pertolongan darurat di tempat.
2.10 Judo di Indonesia
Judoka Indonesia bernaung di
bawah PJSI (Persatuan Judo Seluruh
Indonesia) yang bernaung di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Tokoh-tokoh Judo Indonesia antara
lain Ferry
Sonneville, pebulutangkis yang aktif membidani lahirnya
PJSI; Perry G. Pantouw, juara SEA Games 1983; Kresna Bayu, Maya Fransisca, Ira Purnamasari, Aprilia Marzuki, Peter Taslim, atlet judoka Indonesia.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an
dikenal nama-nama atlet seperti Bambang Prakasa, Ceto Cosadek, Raymond Rochili
dsb. Dibawah kepemimpinan Ir. Soehoed saat itu, Judo merintis didirikannya
training center untuk pelatnas di Ciloto, Puncak, Jawa Barat. Saat itu di
Jakarta sangat berkembang berbagai perguruan Judo, seperti misalnya Judo Waza
di Jakarta Selatan (dipimpin oleh alm. Robert Judono/ Robert Jung), Perguruan
Judo Tiang Bendera di Jakarta Utara, dan sebagainya.
Saat ini perkembangan Judo di
daerah juga mulai pesat. Semisal perdepokan Judo Mataram Bantul (Wiramataram)
dibawah bimbingan Guru Om Tjong (Budy Tanudjaya) dan dipimpin oleh Dain Santoso
meraih 8 emas di kejuaraan Judo daerah DIY.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pertandingan judo diadakan antara
perorangan dan juga beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan menjadi 8
kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain membagi pertandingan
berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain. Ada juga yang tidak
mengenal pembagian apapun.
makalah judo ini bagus untuk referensi, terima kasih sudah berbagi artikel yang informatif ini.
BalasHapussejarah bola basket